Festival Pacu Jalur 2020 resmi ditiadakan demi menghindari penyebaran COVID 19

oleh
Settia

TOPIKMETRO.COM ( Kuantan Singingi ) – Festival pacu jalur tradisional tahun 2020 yang akan dilaksanakan ditepian Narosa Teluk Kuantan tidak jadi dilaksanakan. Keputusan ini berdasarkan Hasil rapat bersama Pemkab Kuansing bersama Forkompimda dan OPD, Selasa ( 2/6/2020) yang memutuskan pacu jalur tidak dilaksanakan pada tahun 2020.
Alasan tidak dilaksanakannya pacu jalur tahun 2020 ini karena festival ini dihadiri oleh banyak orang yang tidak hanya dari Kuansing, baik penonton maupun pedagang dan tidak mungkin dapat menerapkan protokol Covid-19 baik terhadap penonton dan pemacu sendiri serta para pedagang secara maksimal.

Sejarah pacu jalur sendiri merupakan sebuah perlombaan mendayung di sungai dengan menggunakan sebuah perahu panjang yang terbuat dari kayu pohon. Panjang perahu ini bisa mencapai 25 hingga 40 meter dan lebar bagian tengah kira-kira 1,3 m s/d 1,5 m, dalam bahasa penduduk setempat, kata Jalur berarti Perahu. Setiap tahunnya, sekitar tanggal 23-26 Agustus, diadakan Festival Pacu Jalur sebagai sebuah acara budaya masyarakat tradisional Kabupaten Kuantan Singingi,Riau bersamaan dengan perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Settia

Pada awalnya, pacu jalur diselenggarakan di kampung-kampung di sepanjang Sungai Kuantan untuk memperingati hari besar Islam. Namun, seiring perkembangan zaman, akhirnya Pacu Jalur diadakan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Oleh karena itu Pacu Jalur diadakan sekitar bulan Agustus. Dapat digambarkan saat hari berlangsungnya Pacu Jalur, kota Jalur bagaikan lautan manusia. Terjadi kemacetan lalu lintas di mana-mana, dan masyarakat yang ada diperantauan akan terlihat lagi, mereka akan kembali hanya untuk menyaksikan acara ini. Biasanya jalur yang mengikuti perlombaan, bisa mencapai lebih dari 100. Menurut masyarakat setempat jalur adalah ‘perahu besar’ terbuat dari kayu bulat tanpa sambungan dengan kapasitas 45-60 orang pendayung (anak pacu).

Pacu jalur sendiri mempunyai nilai-nilai yang bisa kita ambil pelajarannya sepert pembagian peran yang harmoni dan saling mendukung untuk mendapatkan kemenangan. Tukang onjai harus mengonjai jalurnya seirama dengan lompatan jalurnya. Tukang tari selain memberikan nuansa keindahan juga harus mampu menginformasikan kepada anak pacuan lain tentang posisi haluan jalur saat ini dengan posisi haluan lawannya.

Tukang lopak memberi semangat terhadap seluruh anak pacuan untuk mendayung secara lebih kuat dan gigih sambil menjaga air jangan menggenangi jalur sehingga membuat karam. Tukang kemudi senantiasa menjaga ketepatan arah jalur sehingga tidak melenceng. Tukang kayuah adalah mereka yang menjadi mesin penggerak jalur untuk bisa melaju kencang menuju garis finish (pancang finish).
Semua unsur harus bekerja seirama dan berkomitmen untuk mencapai pancang akhir secara harmonis dengan menyumbangkan segala tenaga dan keahlian.

Pacu jalur juga dapat mendorong pariwisata Provinsi Riau dengan mendukung konsep Riau sebagai tujuan pariwisata berbasis budaya. Perencanaan pariwisata berbasis budaya dari empat sungai besar di Riau dengan tagline: Riau the Homeland of Melayu akan bisa menarik bagi wisatawan. Pasalnya, beberapa tahun belakangan pariwisata di Riau tumbuh sehingga memberikan multiplier effect yang luar biasa terhadap perekonomian.

Settia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *